MOS tahun ini sepertinya tidak seseru tahun lalu. Saat rapat OSIS terakhir untuk MOS terakhir kemarin, Pak Alex berkata, “Tahun ini peserta MOS hanya terdiri dari
Tahun lalu, aku pernah tertarik dengan salah satu peserta MOS, namanya Hana. Wajahnya cantik, badannya yang gemulai, yang pasti membuatku terpesona. Aku tertarik padanya sejak dia menyapaku, “Hai, kak Joseph!”. Aku pun hanya dapat membalas, “Hai,” Hanya itu kata-kata yang keluar dari mulutku. Aku tak dapat berkata apa-apa lagi, aku jadi salah tingkah saat dia menyapaku itu. Saat itulah aku mulai tertarik padanya, pada pandangan yang pertama kalinya.
Pulang MOS, aku langsung berselancar di internet. Aku buka situs Facebook, dan aku langsung mencari namanya, Hana Marcella. Lalu, aku tambahkan dia sebagai temanku. Beberapa saat kemudian, dia langsung menerima permintaan teman dariku. Aku pun langsung mengobrol dengannya via Facebook Chat. “Thanks for the approve!” begitulah kata-kata pertamaku kepadanya. Seketika dia langsung membalas, “Sama-sama kak. Ini kak Joseph yang di MOS itu ya?”. Seketika juga terjadilah obrolan yang sangat panjang antara aku dengan Hana. Beberapa menit kemudian dia berkata, “Kak, aku offline dulu ya. Kalau mau sms aja ya. Nomor hapeku aku tulis di inbox kakak ya. Dah!”. Aku pun terkejut. “Mengapa secepat itu dia bisa memberikan nomor telepon genggamnya?” gumamku dalam hati.
Tiga bulan lamanya setelah dia memberikan nomor telepon genggamnya kepadaku, aku dan Hana semakin sering berkirim sms. Dia pun nampaknya tidak merasa terganggu dan keberatan saat aku menyapanya. Aku jadi ingin mendekati dan mengenalnya lebih dalam.
Dua bulan kemudian, dia mengajak aku menggunakan sapaan ”aku-kamu” saat berbicara dengannya. “Biar lebih sopan saja, kak,” dalihnya saat aku bertanya mengapa dia mengajakku mengganti sapaan itu. Aku pun setuju. Kedekatan yang sebegitu dekat ini membuat aku semakin merasa mudah untuk merebut hatinya. Aku ingin dia menjadi pacarku. Aku pun ingin menembaknya.
Sabtu itu, tanggal 14 Maret 2009, aku bertemu dengan Hana saat ekstrakurikuler futsal di sekolah. Saat itu sudah aku bulatkan tekad untu menembaknya. Aku sudah sangat yakin kalau Hana akan menerima cintaku. Sepulang futsal aku mengajak dia ke kantin SMP, di
Seketika itu juga aku pergi meninggalkannya dengan rasa kecewa di hati. Saat aku sudah menjauhinya, dia memanggilku, dan aku menghampirinya kembali. “Tetapi suatu saat nanti aku yakin kamu akan memilikiku selamanya,” ucapnya kepadaku. “Apa artinya semua ini?” gumamku dalam hati. Aku tak berani mengucapkan itu kepadanya. Kami pun berpisah. Sejak saat itu aku dan Hana sudah tidak berbalas sms lagi seperti dulu.
Kali ini, saat MOS tahun ini, aku harap kejadian yang menyedihkan itu tak terulang lagi kepadaku. Kini aku lebih berhati-hati jika ada perempuan yang berusaha akrab denganku. Aku tak sabar akan esok hari, hari pertama MOS SMPK 5 Penabur tahun ajaran 2009-2010 dimulai. Aku tak sabar ingin bertemu dengan banyaknya peserta MOS, yang mungkin nanti ada yang dapat menarik hatiku.
Dua bulan beralu, nilai-nilaiku membaik. Dua kali ulangan matematikaku mendapatkan nilai seratus. Mungkin ini karena aku tidak lagi memikirkan pacaran. Hanya tertuju kepada pelajaran. Aku harap nilaiku terus baik seperti ini hingga mid semester yang diadakan tiga minggu lagi.
Suatu hari saat aku sedang membuka situs Facebook, ada seorang yang dulunya adalah peserta MOS tahun ini mengajak aku mengobrol melaluin Facebook Chat. Namanya Rika Alania, nama yang belum aku dengar sebelumnya. Seperti Hana, dia juga asyik untuk diajak bicara. Karena aku penasaran dia itu seperti apa, aku ajak dia agar bertemu di sekolah besok. “Kita ketemuan di kantin SMP aja ya, kak Joseph. Nanti kakak tahu, deh, aku seperti apa. Kalau ada yang murid perempuan yang menyapa kakak, itu aku,” katanya kepadaku.
Esok harinya, di tempat yang sudah dijanjikan, aku menunggu kehadirannya.
Tiga minggu ini aku jadi semakin akrab dengan Rika, karena dia merupakan teman sangat asyik diajak bicara. Entah mengapa, tumbuh perasaan sayang di hatiku kepadanya. “Mengapa aku menjadi tertarik dengannya?” gumamku dalam hati. Tapi, aku biarkan hubungan ini berjalan apa adanya dahulu sampai ada waktu yang tepat untuk mendekatinya.
Ulangan mid semester ganjil tahun ini dimulai. Meski aku harus konsentrasi ke pelajaran, tetapi mengapa bayang-bayang Rika selalu menghantuiku, dia seperti selalu ada di sampingku. Setelah ulangan mid semester ganjil ini, aku memutuskan untuk menembaknya. Kini aku tidak takut lagi ditolak seperti saat dulu aku menembak Hana.
Saat pertengahan ulangan mid semester, di hari Sabtu, tanggal
“Aku mau, kak,” jawaban yang keluar dari mulut Rika itu seakan membuat aku melayang. “Terima kasih sayang,” hanya itu kata-kata yang keluar dari mulutku, saking gembiranya. Kini aku tidak sendiri lagi. Kini aku dapat melupakan Hana, dan aku dapat pengganti Hana. Aku sangat bahagia.
Sebulan aku jalani kisah cintaku dengan Rika dengan bahagia. Di saat aku dan Rika tengah merayakan sebulan di sebuah restoran dekat sekolah, tiba-tiba telepon genggamku berbunyi.
“Apa artinya semua ini? Tak mungkin aku punya dua pacar. Sebenarnya aku tak bisa lakukan ini. Tapi aku harus bisa,” gumamku dalam hati. Dua ide langsung muncul di benakku, pacari Hana, atau tak menghiraukan Hana. Dua ide itu terus berseteru di dalam pikiranku. Akhirnya aku memilih untuk punya dua pacar. Inilah yang terbaik menurutku. Segera aku mengetik sms ke Hana, “Aku mau jadi pacarmu. Tapi asal kamu tahu sekarang, aku sudah punya pacar sekarang. Pacarku sekarang adalah Rika, anak kelas 7. Bagaimana keputusanmu, Hana?”
Enam bulan aku jalani hubunganku dengan Rika, sedangkan
Akhirnya delapan bulan sudah aku menjalani hubunganku dengan Rika. Kini aku sudah tidak lagi menyembunyikan rahasia ini kepadanya. Aku ingin Rika tahu yang sebenarnya, bahwa aku telah mendua kepada Hana. Akhirnya aku berkata kepadanya, “Rika, sekarang kita telah menjalani cinta kita selama delapan bulan. Aku mengungkapkan satu rahasia yang sangat besar. Yang seharusnya kamu sudah tahu dari dulu. Tapi aku takut kamu kecewa denganku. Aku ingin kamu tahu, bahwa sebenarnya aku telah menduakan cinta kita kepada Hana, aku tahu kamu kenal dia, sejak tujuh bulan yang lalu. Jangan kecewa sayang. Maafkan diriku, sayangku.”. Sebelum dia berkata apapun kepadaku, dia tidak sadarkan diri di pelukanku. Tanpa piker panjang lagi, aku langsung membopongnya ke rumah sakit yang untungnya tidak jauh dari posisiku sekarang.
Di rumah sakit, saat kutemui dokter yang menangani Rika, dokter itu perkata kepadaku, “Saudara Joseph, kini Rika sudah tertolong. Rupanya penyakit jantungnya kambuh. Tapi, kita harus melihat perkembangan detak jantungnya hingga 24 jam berikutnya. Kini kita hanya dapat meminta kepada Tuhan agar Rika diberi kesembuhan dan dapat siuman.”. Akhirnya kuputuskan untuk menunggu Rika hingga besok. Tetapi aku lihat detak jantungnya semakin melemah. Kini aku hanya dapat mempasrahkan semuanya kepada Tuhan.
Keesokan harinya, aku terbangun dari tidurku, di samping ranjangnya. Aku dapati dia sudah siuman, dia tersenyum kepadaku dan berkata, ”Selamat pagi, sayangku. Terima kasih, ya, telah membawa aku ke rumah sakit. Aku sayang kamu.”. Tiba-tiba, dia merasa dadanya sesak, dia merintih kesakitan. Aku langsung memanggil perawat. Sembari menunggu kedatangan perawat, Rika berkata kepadaku dengan terbata-bata, “Joseph, aku sudah tidak kuat lagi. Aku akan pergi meninggalkamu. Tapi harus kamu ingat, bahwa hanya kamulah cinta sejatiku. Aku harap kamu menganggapku sebagai cinta sejatimu. Maafkan aku yang mungkin pernah menyakitimu. Selamat tinggal sayang,”. Kupegang tangannya dengan rasa takut, dan akhirnya dia menghembuskan nafas terakhirnya di pangkuanku. 12 Mei 2010, hari kelabu bagiku. Tak kuasa lagi aku menahan kesedihan ini. Aku putuskan juga untuk mengakhiri hubunganku dengan Hana. Kini aku menyesal, penyesalan tiada akhir.
Karya : Daniel Maynard
_______________________________________________________________________
Tidak ada komentar:
Posting Komentar